Senin, 04 Agustus 2014

Materi PLC (Allen Bradley)

Diagram IPOS


Diagram IPOS dari PLC Allen-Bradley secara umum dapat digambarkan pada gambar 1
1.   Hardware Configuration


Agar PLC Allen-Bradley dapat diprogram dan bekerja sesuai dengan yang diinginkan, perlu adanya konfigurasi hardware yang benar. Dalam mengoperasikan PLC Allen-Bradley, terdapat rak yang berisi beberapa slot (di lab. Instrumentasi Industri terdapat rak dengan slot sebanyak 7 buah).

1.      Ketentuan-Ketentuan Pemasangan Modul pada Slot Rak
 2.      Slot paling kiri harus diisi dengan CPU. Slot paling kiri ini adalah slot 0
Gambar 2 menunjukkan Modul Rak PLC dilihat dari depan
1.      Slot selain slot 0 bisa diisi modul discrete input/output dan modul analog input/output tanpa ada aturan harus masuk slot yang mana.
Di rak PLC AB telah terdapat Power supply yang berfungsi untuk menyalakan semua modul input maupun output. Berikut akan dijelaskan masing-masing modul IO yang terdapat di lab dan cara menggunakan modul-modul tersebut.
1.      Discrete Input Module (1746-IB16)
1746-IB16 adalah modul input diskrit. Gambar 3 menunjukkan bentuk dari modul digital input 1746-IB16
Berdasarkan datasheet Discrete IO Module 1746-IB16, modul DI1746-IB16 ini hanya dapat disambungkan ke device input yang mempunyai karakteristik source. Ini berarti bahwa modul 1746-IB16 adalah tipe sink. Gambar 4 menunjukkan terminal dari DI 1746-IB16

1.      Sink Mode Input
Agar tidak terjadi kesalahpahaman maksud sink dan source maka akan dijelaskan dahulu tentang sambungan sink dan sambungan source.
Secara sederhana, sambungan sink (dilihat dari sisi PLC) ditunjukkan pada gambar 5

Sambungan sink berarti bahwa input PLC tersebut membutuhkan logika positif untuk mengaktifkan input. Ini berarti jika arah arus mengalir dari device ke PLC maka sambungan tersebut adalah sambungan sink. Sambungan sink seperti pada gambar 8 juga dapat disebut positive logic karena channel membutuhkan tegangan positif untuk mengaktifkannya.

1.      Source Mode Input
Sambungan source bisa saja terdapat pada input maupun output PLC. Contoh sambungan source pada input PLC ditunjukkan pada gambar 10
Secara sederhana, sambungan source adalah kebalikan dari sambungan sink. Arah arus dari sambungan source adalah dari PLC ke device input. Sambungan source ini juga dinamakan negative logic karena device dihubungkan dengan ground agar channel input bisa aktif.
Berdasarkan pengertian sink dan source, maka antara PLC dengan device yang akan disambungkan harus mempunyai kesesuaian tipe sambungan. Misalkan jika device yang menjadi input PLC mempunyai karakteristik mengalirkan arus ke PLC, maka sambungan input di PLC harus dimodel sink. Tapi jika device input bertipe sink (artinya butuh arus dari luar untuk mengaktifkannya) maka input PLC harus dimodel source.
Berdasarkan datasheet 1746-IB16, sambungan yang diizinkan hanyalah sambungan sink. Modul tidak dapat disambungkan dengan mode source. Ini berarti terminal common harus disambungkan ke ground (hanya bisa positive logic). Gambar 7 menunjukkan sambungan tipe sink dari modul DI 1746-IB16
1.      Discrete Output Module (1746-OW16)

DO Module 1746-OW16 mempunyai 16 output yang dipisah menjadi 2 bagian. Modul Output ini menggunakan prinsip kontak relay dalam menyalakan atau mematikan load pada output. Keuntungan dari penggunaan kontak relay adalah device output yang dapat dikendalikan bisa berupa tipe sink ataupun tipe source. Gambar 8 menunjukkan device analog output.

Gambar 9 menunjukkan cara pengabelannya.
Gambar 9 Wiring Diagram 1746-OW8


Gambar 9 menunjukkan wiring diagram dari DO Module 1746-OW8. Pada modul 1746-OW16 cara pengabelannya sama, hanya saja jumlah discrete output-nya ada 16 channel yang dibagi dalam 2 common (1 common untuk 8 channel). Output dapat disambungkan pada tegangan AC maupun DC.
Seperti yang telah dinyatakan sebelumnya bahwa DO Module 1746-OW16 dapat disambung secara sink maupun source, berikut akan digambarkan bagaimana DO module disambungkan secara sink dan secara source.
Gambar 10 Output Sink dilihat dari Sisi PLC

Warna merah menunjukkan arah arus. Jadi output dapat dikatakan sink jika arah arus adalah dari device output menuju PLC.
 1.      Source output
Gambar 11 menunjukkan wiring diagram source output.
Gambar 11 Output Source dilihat dari sisi PLC


Pada source output, arah arus adalah dari PLC ke device output.
Perlu diperhatikan bahwa sink dan source yang dijelaskan di dokumen ini adalah dari sisi PLC. Jika dari sisi PLC menggunakan tipe sambungan sink, maka device (baik device input maupun output) harus menggunakan sambungan source, begitu juga sebaliknya jika dari sisi PLC menggunakan sambungan source maka devices harus menggunakan sambungan sink.

PLC Siemens S7 200 for Advance Task
PLC Siemens S7 200  ialah PLC compact dengan kemampuan dasar. Meski demikian PLC ini juga dapat digunakan untuk tugas – tugas yang sifatnya advance (bukan hanya urutan/proses sekuensial saja). Saya mencoba mendaftarkannya di posting ini (sekaligus merupakan materi pelatihan PLC lanjut yang saya berikan di IATC)
Berikut ini gambaran sederhana dan penjelasannya.
1. Menerima dan menghasilkan sinyal analog
Untuk menerapkan PLC pada sistem analog, mula – mula harus dipahami dulu karakteristik dan konfigurasi modul analog input/output pada PLC Siemens S7 200 (misalnya menggunakan EM 235). Selain itu, analog addressing pada S7 200 dengan tipe data byte, word, double word juga harus dipahami.
2. Mengolah data analog untuk kebutuhan kontrol
Setelah data analog diterima, sering data tersebut harus dipindahkan dulu dengan instruksidata transfer (move). Kemudian dilakukan proses manipulasi data berupa perubahan ke tipe data yang lain (convert), operasi perbandingan (compare), operasi matematis untuk kebutuhan penskalaan atau penggunaan rumus matematika tertentu (math integer, floating point integer).
3. Memahami program control
Jika ladder diagram yang dibuat sederhana, maka satu program pada main saja sudah cukup. Namun bagaimana jika program kompleks dan sering kali mengulang bagian kecil program yang sama? Subroutine bisa digunakan di sini. Bagaimana supaya sistem merespons dengan segera jika ada kondisi urgent? Interrupt bisa dimanfaatkan di sini. Selain itu juga terdapat pengaturan flow program yang lain supaya pemrograman lebih efisien dan mudah dipahami.
4. Membaca real time clock
Dalam suatu proses, ada kalanya dibutuhkan penggunaan variabel waktu. Misalnya lampu taman harus mati setiap jam 5 pagi dan harus menyala setiap jam 5 sore secara otomatis. Untuk itu RTC pada S7 200 harus diaktifkan dan dimanfaatkan (RTC built in pada S7 200 tipe CPU 224 ke atas).
5. Membaca rotary encoder dengan instruksi high speed counter
Rotary encoder adalah salah satu jenis sensor yang memiliki frekuensi tinggi. Untuk membaca encoder pada PLC tidak cukup menggunakan input biasa dan instruksi counterpada umumnya. Pada S7 200 harus dilakukan konfigurasi input dan instruksi high speed counter untuk membacanya. PLC jenis lain mungkin memerlukan sebuah modul eksternal untuk membaca encoder tersebut.
6. Penerapan kontroler PID
S7 200 tidak hanya dapat mengendalikan proses sekuensial, namun mulai merambah juga proses regulatory meski dalam skala kecil (terbatas). PLC ini dilengkapi dengan blok instruksi kontroler PID (termasuk autotuning-nya) sehingga PLC dapat difungsikan sebagai pengendali closed loop, misalnya untuk mengendalikan kecepatan motor.
Demikian sekilas kemampuan lanjutan PLC Siemens S7 200, semoga mendorong Anda untuk terus bereksplorasi!
Jenis
Type PLC
Gambar
Logix-5 Family
PLC-5
Logix-500 Family
SLC-500
Micrologix
Logix-5000 Family
ControlLogix
CompactLogix
FlexLogix
2.    Siemens
Jenis
Type PLC
Gambar
Micro PLC
S7-200

S7-1200
Modular PLC
S5-115U

S7-300
S7-400
3.    Omron
Jenis
Type PLC
Gambar
Micro PLC
CPM1A
CP1E
CP1L
Basic PLC
CJ1M
CQM1H
Modular
CJ1H/CJ1G
CS1H/CS1G
4.    Schneider
Jenis
Type PLC
Gambar
Micro PLC

Machine Control PLC
Process Control PLC
Programmable Controller
Smart Relay

5.    Mitsubishi
Jenis
Type PLC
Gambar
Compact PLC
Modular PLC
Q-Series Q00UJCPU
Process Control
Q12PHCPU

PLC MITSUBISHI
Pengertian
NEMA (The
 National electrical Manufacturers Association) mendefinisikan PLC sebagai piranti elektronika digital yang menggunakan memori yang bisa diprogram sebagai penyimpan internal dari sekumpulan instruksi dengan mengimplementasikan fungsi-fungsi tertentu, seperti logika, sekuensial, pewaktuan, perhitungan, dan aritmetika, untuk mengendalikan berbagai jenis mesin ataupun proses melalui modul I/O digital dan atau analog.
PLC merupakan sistem yang dapat memanipulasi, mengeksekusi, dan atau memonitor keadaan proses pada laju yang amat cepat, dengan dasar data yang bisa diprogram dalam sistem berbasis mikroprosesor integral. PLC menerima masukan dan menghasilkan keluaran sinyal-sinyal listrik untuk mengendalikan suatu sistem. Dengan demikian besaran-besaran fisika dan kimia yang dikendalikan, sebelum diolah oleh PLC, akan diubah menjadi sinyal listrik baik analog maupun digital,yang merupakan data dasarnya.. Karakter proses yang dikendalikan oleh PLC sendiri merupakan proses yang sifatnya bertahap, yakni proses itu berjalan urut untuk mencapai kondisi akhir yang diharapkan. Dengan kata lain proses itu terdiri beberapa subproses, dimana subproses tertentu akan berjalan sesudah subproses sebelumnya terjadi. Istilah umum yang digunakan untuk proses yang berwatak demikian ialah proses sekuensial (sequential process). Sebagai perbandingan, sistem kontrol yang populer selain PLC, misalnya
 Distributed Control System (DCS), mampu menangani proses-proses yang bersifat sekuensial dan juga kontinyu (continuous process) serta mencakup loop kendali yang relatif banyak.






Tidak ada komentar:

Posting Komentar